Saya ketika melakukan kunjungan tersebut saya merasa bahwa ternyata
kehidupan itu tidak hanya “my world” tidak hanya saya yang mengalami
kesusahan, mempunyai problema. Bahkan orang lain ada yang lebih parah
daripada saya.
Saya yang masih memikirkan bagaimana untuk
meraih prestasi di kampus sekarang ini tidak sebanding dengan bapak
Kumis yang harus memikul beban – beban hidupnya yang dilihat lebih berat
daripada saya. Bapak Kumis harus menanggung 3 orang dengan dirinya
sendiri. Ia harus bangun pagi untuk memulai usahanya yang dibilang tidak
terlalu terkenal dan laku ini, tetapi bapak Kumis selalu melakukan yang
terbaik dan berharap hari ini lebih baik dari hari sebelumnya.
Bapak
kumis ini yang sebelumnya ialah seorang pekerja di pabrik roti ini
memilih mengganti pekerjaannya menjadi seorang tukang bubur. Berawal
dari bertanya-tanya dengan kawannya yang dapat membuat bubur ayam, lalu
Pak Kumis memulai usahanya ini. Sudah 7 tahun berlalu, mungkin sudah
terlalu banyak masalah yang ia hadapi sehingga ia berteman dengan
masalah tersebut dan tak menggangap sebagai masalah lagi. Ia selalu
menjalani harinya dengan senyuman walau ia belum bisa mengembangkan
bisnis bubur tersebut menjadi lebih besar lagi.
Saya
belajar dari Pak Kumis ini agar saya selalu setia akan melakukan suatu
pekerjaan untuk mencapai tujuan saya. Selalu menghadapi masalah itu
apapun bentuknya, dan hadapi dengan senyuman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar