Minggu, 10 Juni 2012

Ketika Saya Teringat Kesetiaan Pak Kumis

     Saya ketika melakukan kunjungan tersebut saya merasa bahwa ternyata kehidupan itu tidak hanya “my world” tidak hanya saya yang mengalami kesusahan, mempunyai problema. Bahkan orang lain ada yang lebih parah daripada saya.


     Saya yang masih memikirkan bagaimana untuk meraih prestasi di kampus sekarang ini tidak sebanding dengan bapak Kumis yang harus memikul beban – beban hidupnya yang dilihat lebih berat daripada saya. Bapak Kumis harus menanggung 3 orang dengan dirinya sendiri. Ia harus bangun pagi untuk memulai usahanya yang dibilang tidak terlalu terkenal dan laku ini, tetapi bapak Kumis selalu melakukan yang terbaik dan berharap hari ini lebih baik dari hari sebelumnya.


     Bapak kumis ini yang sebelumnya ialah seorang pekerja di pabrik roti ini memilih mengganti pekerjaannya menjadi seorang tukang bubur. Berawal dari bertanya-tanya dengan kawannya yang dapat membuat bubur ayam, lalu Pak Kumis memulai usahanya ini. Sudah 7 tahun berlalu, mungkin sudah terlalu banyak masalah yang ia hadapi sehingga ia berteman dengan masalah tersebut dan tak menggangap sebagai masalah lagi. Ia selalu menjalani harinya dengan senyuman walau ia belum bisa mengembangkan bisnis bubur tersebut menjadi lebih besar lagi.


     Saya belajar dari Pak Kumis ini agar saya selalu setia akan melakukan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan saya. Selalu menghadapi masalah itu apapun bentuknya, dan hadapi dengan senyuman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar