Pada hari Jumat, 1 Juni 2012 kelompok CB kami mengadakan wawancara
kepada penjual makanan tingkat usaha kecil untuk tugas kesadaran diri
terhadap sekitar. Seusai kelas kami mencari penjual makanan. Akhirnya
kami menemukanpenjual bubur di dekat area parkiran Binus. 3 orang dari
kami pun lalu memesan bubur. Harga bubur tersebut 5000 rupiah semangkuk.
Lalu kami meminta izin untuk mewawancarai penjual bubur tersebut. Maka
setelah diperbolehkan, maka kami mewawancarai penjual bubur tersebut.
Salah seorang dari kami pun mewawancarai , yang lain merkam
gambar,suara, dan yang lainnya memperhatikan dengan seksama.
Nama
akrab penjual bubur tersebut adalah pak Kumis,Sehari ia bisa menjual
hanya sekitar 4 liter beras . Mungkin keuntungan yang beliau dapatkan
hanya sekedar mencukupi kebutuhan sehari-hari. Beliau berjualan bubur
sudah cukup lama, yaitu sekitar 7 tahun. Sungguh waktu yang sangat lama,
entah seperti apa kesabaran yang beliau punya sehingga bisa bertahan
berjualan bubur gerobak selama itu. Setelah ditanya ternyata ia
mempunyai keluaraga. Keluarga itulah yang menjadi semangat hidup beliau
untuk bertahan kerja banting tulang unutk memenuhi kebutuhan keluarga.
Beliaupun hanya tersenyum ketika ditanya suka duka dalam berjualan
bubur. Mungkin dalam hati beliau yang terpenting baginya hanya keluarga
tercintanya. Lalu di bagian akhir ketika kami menawarkan bantuan untuk
mencuci piring dia menolaknya. DIa menceritakan bagaimana ia sangat
menghargai para pelanggannya. Sungguh jiwa yang sangat ikhlas dan mulia
yang dimiliki beliau.
Dari kisah di atas sungguh banyak pelajaran
berharga yang dapat kita petik. Kesabran yang luar biasa dari pak Kumis
dalam menjalani hidupnya walaupun harus bekerja keras banting tulang
namun beliau tetap abah menjalaninya. Ditambah dengan jiwa dagangnya
yang tulus dengan tidak mau mengecewakan konsumen. Dan senyuman
ikhlasnya dalam melayani konsumen seakan menghapus semua duka yang
ditanggungnya. Jika direnungkan terkadang banyak manusia yang tidak bisa
sabar, sedikit masalah saja langsung putus asa. Sampai-sampai ada
istilah bad mood yang mengartikan bahwa seseorang sedang dalam keadaan
sebal dan orang-orang harus memaklumi kekesalannya, padahal seharusnya
ketulusan seperti pak Kumislah yang harus dicontoh, beliau selalu
tersenyum walaupun mungkin ada duka menyelimutinya. Jadi semoga dari
contoh seperti pak Kumis, kita dapat menginstropeksi diri sehingga
menjadi pribadi yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar