Minggu, 10 Juni 2012

Pandangan Saya Terhadap Pak Kumis

     Pada hari Jumat, 1 Juni 2012 kelompok CB kami mengadakan wawancara kepada penjual makanan tingkat usaha kecil untuk tugas kesadaran diri terhadap sekitar. Seusai kelas kami mencari penjual makanan. Akhirnya kami menemukanpenjual bubur di dekat area parkiran Binus. 3 orang dari kami pun lalu memesan bubur. Harga bubur tersebut 5000 rupiah semangkuk. Lalu kami meminta izin untuk mewawancarai penjual bubur tersebut. Maka setelah diperbolehkan, maka kami mewawancarai penjual bubur tersebut. Salah seorang dari kami pun mewawancarai , yang lain merkam gambar,suara, dan yang lainnya memperhatikan dengan seksama.

     Nama akrab penjual bubur tersebut adalah pak Kumis,Sehari ia bisa menjual hanya sekitar 4 liter beras . Mungkin keuntungan yang beliau dapatkan hanya sekedar mencukupi kebutuhan sehari-hari. Beliau berjualan bubur sudah cukup lama, yaitu sekitar 7 tahun. Sungguh waktu yang sangat lama, entah seperti apa kesabaran yang beliau punya sehingga bisa bertahan berjualan bubur gerobak selama itu. Setelah ditanya ternyata ia mempunyai keluaraga. Keluarga itulah yang menjadi semangat hidup beliau untuk bertahan kerja banting tulang unutk memenuhi kebutuhan keluarga. Beliaupun hanya tersenyum ketika ditanya suka duka dalam berjualan bubur. Mungkin dalam hati beliau yang terpenting baginya hanya keluarga tercintanya. Lalu di bagian akhir ketika kami menawarkan bantuan untuk mencuci piring dia menolaknya. DIa menceritakan bagaimana ia sangat menghargai para pelanggannya. Sungguh jiwa yang sangat ikhlas dan mulia yang dimiliki beliau.

     Dari kisah di atas sungguh banyak pelajaran berharga yang dapat kita petik. Kesabran yang luar biasa dari pak Kumis dalam menjalani hidupnya walaupun harus bekerja keras banting tulang namun beliau tetap abah menjalaninya. Ditambah dengan jiwa dagangnya yang tulus dengan tidak mau mengecewakan konsumen. Dan senyuman ikhlasnya dalam melayani konsumen seakan menghapus semua duka yang ditanggungnya. Jika direnungkan terkadang banyak manusia yang tidak bisa sabar, sedikit masalah saja langsung putus asa. Sampai-sampai ada istilah bad mood yang mengartikan bahwa seseorang sedang dalam keadaan sebal dan orang-orang harus memaklumi kekesalannya, padahal seharusnya ketulusan seperti pak Kumislah yang harus dicontoh, beliau selalu tersenyum walaupun mungkin ada duka menyelimutinya. Jadi semoga dari contoh seperti pak Kumis, kita dapat menginstropeksi diri sehingga menjadi pribadi yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar