Pak Kumis, seorang tukang bubur yang memiliki nama asli Pak Tejo ini
adalah salah satu sosok di zaman yang modern ini masih selalu
mengutamakan semangat yang tinggi dalam mengarungi hidup. Berbekal resep
bubur dari orang sekitar, juga tekad dalam menghidupi keluarganya yang
berjumlah 3 orang, beliau mulai berdagang bubur sejak tujuh tahun lalu.
Mulai menjajakan dagangan pukul 6.30 di Jalan Anggrek Cakra, belakang
Universitas Bina Nusantara, dan mengakhiri kegiatan berdagangnya saat 4
kilogram bubur yang dibawanya telah habis. Harga yang ditawarkan pun
cocok dengan “kocek” anak kuliahan, yaitu hanya Rp 5.000,00 per mangkuk.
Belakang Universitas Bina Nusantara dirasanya merupakan tempat
yang strategis karena banyaknya mahasiswa Binus dan warga yang mengekost
di dekat Binus. Tidak ada langkah marketing yang diambil. Beliau hanya
melayani para pelanggan yang membeli dengan seoptimal mungkin dan
terkadang apabila terdapat pesanan, maka beliau rela mengantarkannya
sendiri.
Setelah 7 tahun bergelut dalam usaha dagang bubur,
beliau merasa tidak memiliki kendala apapun. Usaha dagang bubur telah
menjadi bagian hidup beliau yang rutin dan bukan menjadi beban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar