Jumat minggu lalu kami melakukan kunjungan ke lingkungan luar, untuk
bersosialiasasi dan membantu masyarakat luar yang agak kekurangan. Kami
yang beranggotakan 8 orang akhirnya sepakat untuk membantu pedagang kaki
lima di suatu sekolah yang kami sudah putuskan. Tetapi karena ada suatu
keperluan diantara anggota kelompok sehingga kami tidak bisa melakukan
hal tersebut dan akhirnya kami memutuskan untuk membantuk pedagang kaki
lima sekitar kampus kami, Bina Nusantara.
Kami memutuskan pada
hari jumat lalu, karena pada saat itulah kami sekelompok memiliki waktu
luang untuk melakukannya. Kami berkeliling sekitar kampus Bina Nusantara
- Anggrek. Karena disekitar kampus Anggrek pedagangnya sudah lebih dari
cukup, kami mencoba untuk berjalan di belakang kampus ini. Setelah
berjalan cukup lama kami menemui tukang bubur ayam di jalan yang sepi
itu. Kami pun berdiskusi , apakah pedagang ini yang akan kami bantu atau
tidak. Karena keterbatasan waktu, kami semua setuju untuk membantu
pedagang ini.
Dengan bermula basa basi kami ingin membeli bubur
ayam yang harganya Rp.5000 per mangkoknya ini. Kami pun memulai
wawancara kepada bapak tersebut. Bapak itu dengan telaten membuat bubur
ayam tersebut. Dengan cepat beberapa porsi bubur pun sudah dihidangkan.
Selagi beberapa kawan kami makan siang, kami melakukan wawancara
terhadap bapak itu.
Kami memulai wawancara kami dengan menanyakan
nama bapak itu, dan nama bapak itu adalah “Tejo”, tetapi lebih sering
dipanggil dengan sebutan “Kumis”, mungkin karena memang bapak itu
memiliki kumis yang cukup berbeda. Pak Kumis ini memiliki seorang istri
dan 2 orang anak. Setiap harinya Pak Kumis bekerja untuk menghidupi
istri dan kedua orang anaknya dan dirinya sendiri.
Setiap harinya
ketika kondisi badannya sehat ,sejak pukul 6 Pak Kumis pun bersiap-siap
untuk memulai usahanya kembali dengan menjual bubur. Buburpun sudah
dimasak dan perlengkapan membuat bubur pun sudah siap, pukul 7 dengan
gerobak buburnya ia pun pergi ke kampus Bina Nusantara – Anggrek.
Pak
Kumis Dengan sabar menunggu pelanggan-pelanggannya membeli buburnya,
biasanya pada saat seperti ini ada beberapa karyawan Binus atau
mahasiswa yang sedang mencari sarapan. Saat saat seperti inilah yang Pak
Kumis selalu nantikan walaupun setelah jam itu pelanggan kembali sepi.
Dagangan Pak Kumis pun kembali ramai ketika jam makan siang, setelah itu
dengan hati senang ia bawa pulang gerobak buburnya yang sudah habis
terjual. Memang bubur yang Pak Kumis jual itu tidak banyak, hanya 4 kg
bubur. Tetapi Pak Kumis tetap menjalaninya dengan senyuman.
Pak
Kumis sebelum menjalani bisnis bubur ayam ini, ia adalah seorang pekerja
di pabrik roti. Lalu Pak Kumis memilih untuk berhenti dan memulai
bisnis bubur ayam. Setelah kami tanya-tanya apa suka duka Pak Kumis
selama 7 tahun menjalani bisnis bubur ayam ini, Pak Kumis pun menjawab
dengan wajah datar “tidak ada”, mungkin sudah terlalu banyak pak Kumis
menelan manis pahitnya menjual bubur, sehingga rasa pahit menjual bubur
pun tak terasa.
Lalu kami pun mencoba untuk membantu Pak Kumis
berdagang bubur, karena pada saat kami datang tidak ada pelanggan selain
kami, kami bingung harus membantu apa kepada Pak Kumis, tiba-tiba ada
celoteh dari teman kami, “bagaimana kalau kita membersihkan mangkok kami
sendiri saja Pak”, sahut salah satu teman kami. Dengan tidak enak hati
Pak Kumis menjawab” Tidak usah, jadi merepotkan kalian saja”. Walaupun
kami sudah membujuk untuk membantu Pak Kumis, ia pun selalu mengelak
dengan alasan merepotkan kami.
Setelah beberapa lama kami
wawancara dan bubur teman kami pun sudah habis dimakan, teman kami pun
membayar bubur tersebut dan berterima kasih kepada Pak Kumis atas
wawancara dan bubur ayamnya yang harganya terjangkau. Kami pun kembali
ke kampus untuk mendiskusikan wawancara tersebut.
Kami masih
belum membantu Pak Kumis tersebut, bagamana caranya kami agar bisa
membantu Pak Kumis tersebut, baik dalam bentuk promosi atau material
atau tenaga?. Untung saja ada teman kami yang mengusulkan untuk
mempromosikan bubur Pak Kumis melalui online, membuat Pak Kumis, yang
bukan saja tukang bubur,tetapi tokoh yang dapat dicontoh, bapak yang
setia dalam usaha dagangannya dan juga bertanggung jawab atas istri dan
anak-anaknya itu. Maka artikel ini pun dibuat dan disebarkan.