Pak kumis,begitulah orang-orang memanggilnya.Beliau bertekad untuk
meniggalkan rumahnya di Jawa Tengah untuk bekerja di Jakarta.Awalnya pak
Tejo bekerja di pabrik roti sebelum akhirnya memutuskan untuk membuka
usahanya sendiri tujuh tahun lalu.Dengan bermodalkan tabungangan dari
pekerjaan sebelumnya dan pengetahuan yang didapatnya dari
teman-temannya sesama pedagang akhirnya pak Tejo memutuskan memulai
usaha sebagai penjual bubur karena pada saat itu di daerah kampus Binus
belum banyak penjual bubur.
Kesehariannya dimulai dengan
menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk berjualan bubur.Sebelum
subuh menjelang pak Tejo di bantu dengan istrinya menyiapkan peralatan
dan memasak nasi yang nantinya akan menjadi bubur untuk dijual.Setelah
semuanya siap maka pak Tejo akan berangkat ke tempat biasanya
berdagang.Tidak ada jadwal yang pasti tentang kapan dan dimana dia
berdagang."Tiap hari ya dagang,ga sabtu ga minggu asal badan sehat ya
saya dagang",ujar pak Tejo saat kami tanya.Tak jarang juga dia
berkeliling di kawasan sekitar untuk mencari pelanggan.
Biasanya
pak kumis mulai berjualan dari jam setengah tujuh sampai buburnya
habis di siang hari.Dengan penghasilan kotor sekitar delapan puluh ribu
perharinya pake tejo mengaku sudah bisa menghidup istri dan tiga anaknya
dan bisa menjalani hidup yang berkecukupan.
Melalui observasi
ini kita bisa mempelajari beberapa hal seperti kita harus giat dan tidak
mudah menyerah dalam menjalani pekerjaan kita.Kita juga harus berani
bila ingin melakukan perubahan dan mencoba sesuatu yang baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar